COMING SOON NATAL BKP PT KARUNIA..
n_n
Sunday, October 26, 2008
Sunday, July 6, 2008
Sejarah Sekolah Minggu
Banyak sekali guru Sekolah Minggu dan para pembina anak yang belum tahu
cerita tentang bagaimana pelayanan Sekolah Minggu pertama kali
diselenggarakan. Oleh karena itu dalam edisi perdana, kami akan menyajikan
terlebih dahulu sebuah artikel tentang sejarah Sekolah Minggu.
Kalau kita menelusuri kembali ke jaman Perjanjian Lama, maka sebenarnya
Alkitab telah memberikan perhatian yang serius terhadap pembinaan rohani
anak. Pada masa itu pembinaan rohani anak dilakukan sepenuhnya dalam
keluarga (Ul. 6:4-7). Sejak sebelum usia 5 tahun anak telah dididik oleh
orang tuanya untuk mengenal Allah Yahweh. Pada masa pembuangan di
Babilonia (500SM), ketika Tuhan menggerakkan Ezra dan para ahli kitab
untuk membangkitkan kembali kecintaan bangsa Israel kepada Taurat Tuhan,
maka dibukalah tempat ibadah sinagoge dimana mereka dapat belajar Firman
Tuhan kembali, termasuk diantara mereka adalah anak-anak kecil. Orangtua
wajib mengirimkan anak-anaknya yang berusia di bawah 5 tahun ke sekolah di
sinagoge. Di sana mereka dididik oleh guru-guru sukarelawan yang mahir
dalam kitab Taurat. Anak-anak dikelompokkan dengan jumlah maksimum 25
orang dan dibimbing untuk aktif berpikir dan bertanya, sedangkan guru
adalah fasilitator yang selalu siap sedia menjawab pertanyaan-pertanyaan
mereka.
Ketika orang-orang Yahudi yang dibuang di Babilonia diijinkan pulang ke
Palestina, maka mereka meneruskan tradisi membuka tempat ibadah sinagoge
ini di Palestina sampai masa Perjanjian Baru. Tuhan Yesus ketika masih
kecil, juga sama seperti anak-anak Yahudi yang lain, menerima pengajaran
Taurat di sinagoge. Dan pada usia 12 tahun Yesus sanggup bertanya jawab
dengan para ahli Taurat di Bait Allah. Tradisi mendidik anak-anak secara
ketat terus berlangsung sampai pada masa rasul-rasul (1Tim. 3:15) dan
gereja mula-mula. Namun, tempat untuk mendidik mereka perlahan-lahan tidak
lagi dipusatkan di sinagoge tetapi di gereja, tempat jemaat Tuhan
berkumpul.
Tetapi sayang sekali pada Abad Pertengahan gereja tidak lagi memelihara
kebiasaan mendidik anak seperti abad-abad sebelumnya. Bahkan orang
dewasapun tidak lagi mendapatkan pengajaran Firman Tuhan dengan baik.
Barulah pada masa Reformasi, gerakan pengembalian kepada pengajaran
Alkitab dibangkitkan lagi, dan pendidikan terhadap anak-anak mulai
digalakkan kembali, khususnya melalui kelas Katekismus. Untuk itu hanya
para pekerja gereja sajalah yang diijinkan untuk terlibat dalam pembinaan.
Namun sedikitnya orang yang terlatih untuk mengajarkan kelas Katekismus
ini menyebabkan pelayanan anak ini menjadi mundur bahkan perlahan-lahan
tidak lagi menjadi perhatian utama gereja dan diadakan hanya sebagai
prasyarat bagi anak-anak yang akan menerima konfirmasi (baptis sidi).
Barulah pada abad 18, seorang wartawan Inggris bernama Robert Raikes,
digerakkan oleh rasa cinta kepada anak-anak, membuat suatu gerakan yang
akhirnya mendorong lahirnya pelayanan Sekolah Minggu!
Pada masa akhir abad 18, Inggris sedang dilanda suatu krisis ekonomi yang
sangat parah. Setiap orang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, bahkan anak-anak dipaksa bekerja untuk bisa mendapatkan
penghidupan yang layak. Pada saat itu wartawan Robert Raikes, mendapat
tugas untuk meliput berita tentang anak-anak gelandangan di Gloucester
bagi sebuah harian (koran) milik ayahnya. Apa yang dilihat Robert sangat
memprihatinkan sebab anak-anak gelandangan itu harus bekerja dari hari
Senin sampai Sabtu. Apa yang dilakukan anak-anak pada hari Minggu itu?
Hari Minggu adalah satu-satunya hari libur mereka sehingga mereka habiskan
untuk bersenang-senang, tapi karena mereka tidak pernah mendapat
pendidikan (karena tidak bersekolah), anak-anak itu menjadi sangat liar,
mereka minum-minum dan melakukan berbagai macam kenakalan dan kejahatan.
Melihat keadaan itu Robert Raikes bertekad untuk mengubah keadaan. Ia
dengan beberapa teman mencoba melakukan pendekatan kepada anak-anak
tersebut dengan mengundang mereka berkumpul di sebuah dapur milik Ibu
Meredith di kota Scooty Alley. Di sana selain anak-anak mendapat makanan,
mereka juga diajarkan sopan santun, membaca dan menulis. Tapi hal paling
indah yang diterima anak-anak di situ adalah mereka mendapat kesempatan
mendengar cerita-cerita Alkitab.
Pada mulanya pelayanan ini sangat tidak mudah. Banyak anak-anak itu datang
dengan keadaan yang sangat bau dan kotor. Namun dengan cara pendidikan
yang disiplin, kadang dengan pukulan rotan, tapi dilakukan dengan penuh
cinta kasih, anak-anak itu akhirnya belajar untuk mau dididik dengan baik,
sehingga semakin lama semakin banyak anak datang ke dapur Ibu Meredith.
Semakin banyak juga guru disewa untuk mengajar mereka, bukan hanya untuk
belajar membaca dan menulis tapi juga Firman Tuhan. Perjuangan yang sangat
sulit tapi melegakan. Dan dalam waktu 4 tahun sekolah minggu itu semakin
berkembang bahkan ke kota-kota lain di Inggris, dan jumlah anak-anak yang
datang ke sekolah hari minggu terhitung mencapai 250.000 anak di seluruh
Inggris.
Mula-mula, gereja tidak mengakui kehadiran gerakan Sekolah Minggu yang
dimulai oleh Robert Raikes ini. Tetapi karena kegigihannya menulis ke
berbagai publikasi dan membagikan visi pelayanan anak ke masyarakat
Kristen di Inggris, dan juga atas bantuan John Wesley (pendiri gereja
Methodis), akhirnya kehadiran Sekolah Minggu diterima oleh gereja.
Mula-mula oleh gereja Methodis, akhirnya gereja-gereja protestan lain.
Ketika Robert Raikes meninggal dunia thn. 1811, jumlah anak yang hadir di
Sekolah Minggu di seluruh Inggris mencapai lebih dari 400.000 anak. Dari
pelayanan anak ini, Inggris tidak hanya diselamatkan dari revolusi sosial,
tapi juga diselamatkan dari generasi yang tidak mengenal Tuhan.
Gerakan Sekolah Minggu yang dimulai di Inggris ini akhirnya menjalar ke
berbagai tempat di dunia, termasuk negara-negara Eropa lainnya dan ke
Amerika. Dan dari para misionaris yang pergi melayani ke negara-negara
Asia, akhirnya pelayanan anak melalui Sekolah Minggu juga hadir di
Indonesia.
cerita tentang bagaimana pelayanan Sekolah Minggu pertama kali
diselenggarakan. Oleh karena itu dalam edisi perdana, kami akan menyajikan
terlebih dahulu sebuah artikel tentang sejarah Sekolah Minggu.
Kalau kita menelusuri kembali ke jaman Perjanjian Lama, maka sebenarnya
Alkitab telah memberikan perhatian yang serius terhadap pembinaan rohani
anak. Pada masa itu pembinaan rohani anak dilakukan sepenuhnya dalam
keluarga (Ul. 6:4-7). Sejak sebelum usia 5 tahun anak telah dididik oleh
orang tuanya untuk mengenal Allah Yahweh. Pada masa pembuangan di
Babilonia (500SM), ketika Tuhan menggerakkan Ezra dan para ahli kitab
untuk membangkitkan kembali kecintaan bangsa Israel kepada Taurat Tuhan,
maka dibukalah tempat ibadah sinagoge dimana mereka dapat belajar Firman
Tuhan kembali, termasuk diantara mereka adalah anak-anak kecil. Orangtua
wajib mengirimkan anak-anaknya yang berusia di bawah 5 tahun ke sekolah di
sinagoge. Di sana mereka dididik oleh guru-guru sukarelawan yang mahir
dalam kitab Taurat. Anak-anak dikelompokkan dengan jumlah maksimum 25
orang dan dibimbing untuk aktif berpikir dan bertanya, sedangkan guru
adalah fasilitator yang selalu siap sedia menjawab pertanyaan-pertanyaan
mereka.
Ketika orang-orang Yahudi yang dibuang di Babilonia diijinkan pulang ke
Palestina, maka mereka meneruskan tradisi membuka tempat ibadah sinagoge
ini di Palestina sampai masa Perjanjian Baru. Tuhan Yesus ketika masih
kecil, juga sama seperti anak-anak Yahudi yang lain, menerima pengajaran
Taurat di sinagoge. Dan pada usia 12 tahun Yesus sanggup bertanya jawab
dengan para ahli Taurat di Bait Allah. Tradisi mendidik anak-anak secara
ketat terus berlangsung sampai pada masa rasul-rasul (1Tim. 3:15) dan
gereja mula-mula. Namun, tempat untuk mendidik mereka perlahan-lahan tidak
lagi dipusatkan di sinagoge tetapi di gereja, tempat jemaat Tuhan
berkumpul.
Tetapi sayang sekali pada Abad Pertengahan gereja tidak lagi memelihara
kebiasaan mendidik anak seperti abad-abad sebelumnya. Bahkan orang
dewasapun tidak lagi mendapatkan pengajaran Firman Tuhan dengan baik.
Barulah pada masa Reformasi, gerakan pengembalian kepada pengajaran
Alkitab dibangkitkan lagi, dan pendidikan terhadap anak-anak mulai
digalakkan kembali, khususnya melalui kelas Katekismus. Untuk itu hanya
para pekerja gereja sajalah yang diijinkan untuk terlibat dalam pembinaan.
Namun sedikitnya orang yang terlatih untuk mengajarkan kelas Katekismus
ini menyebabkan pelayanan anak ini menjadi mundur bahkan perlahan-lahan
tidak lagi menjadi perhatian utama gereja dan diadakan hanya sebagai
prasyarat bagi anak-anak yang akan menerima konfirmasi (baptis sidi).
Barulah pada abad 18, seorang wartawan Inggris bernama Robert Raikes,
digerakkan oleh rasa cinta kepada anak-anak, membuat suatu gerakan yang
akhirnya mendorong lahirnya pelayanan Sekolah Minggu!
Pada masa akhir abad 18, Inggris sedang dilanda suatu krisis ekonomi yang
sangat parah. Setiap orang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, bahkan anak-anak dipaksa bekerja untuk bisa mendapatkan
penghidupan yang layak. Pada saat itu wartawan Robert Raikes, mendapat
tugas untuk meliput berita tentang anak-anak gelandangan di Gloucester
bagi sebuah harian (koran) milik ayahnya. Apa yang dilihat Robert sangat
memprihatinkan sebab anak-anak gelandangan itu harus bekerja dari hari
Senin sampai Sabtu. Apa yang dilakukan anak-anak pada hari Minggu itu?
Hari Minggu adalah satu-satunya hari libur mereka sehingga mereka habiskan
untuk bersenang-senang, tapi karena mereka tidak pernah mendapat
pendidikan (karena tidak bersekolah), anak-anak itu menjadi sangat liar,
mereka minum-minum dan melakukan berbagai macam kenakalan dan kejahatan.
Melihat keadaan itu Robert Raikes bertekad untuk mengubah keadaan. Ia
dengan beberapa teman mencoba melakukan pendekatan kepada anak-anak
tersebut dengan mengundang mereka berkumpul di sebuah dapur milik Ibu
Meredith di kota Scooty Alley. Di sana selain anak-anak mendapat makanan,
mereka juga diajarkan sopan santun, membaca dan menulis. Tapi hal paling
indah yang diterima anak-anak di situ adalah mereka mendapat kesempatan
mendengar cerita-cerita Alkitab.
Pada mulanya pelayanan ini sangat tidak mudah. Banyak anak-anak itu datang
dengan keadaan yang sangat bau dan kotor. Namun dengan cara pendidikan
yang disiplin, kadang dengan pukulan rotan, tapi dilakukan dengan penuh
cinta kasih, anak-anak itu akhirnya belajar untuk mau dididik dengan baik,
sehingga semakin lama semakin banyak anak datang ke dapur Ibu Meredith.
Semakin banyak juga guru disewa untuk mengajar mereka, bukan hanya untuk
belajar membaca dan menulis tapi juga Firman Tuhan. Perjuangan yang sangat
sulit tapi melegakan. Dan dalam waktu 4 tahun sekolah minggu itu semakin
berkembang bahkan ke kota-kota lain di Inggris, dan jumlah anak-anak yang
datang ke sekolah hari minggu terhitung mencapai 250.000 anak di seluruh
Inggris.
Mula-mula, gereja tidak mengakui kehadiran gerakan Sekolah Minggu yang
dimulai oleh Robert Raikes ini. Tetapi karena kegigihannya menulis ke
berbagai publikasi dan membagikan visi pelayanan anak ke masyarakat
Kristen di Inggris, dan juga atas bantuan John Wesley (pendiri gereja
Methodis), akhirnya kehadiran Sekolah Minggu diterima oleh gereja.
Mula-mula oleh gereja Methodis, akhirnya gereja-gereja protestan lain.
Ketika Robert Raikes meninggal dunia thn. 1811, jumlah anak yang hadir di
Sekolah Minggu di seluruh Inggris mencapai lebih dari 400.000 anak. Dari
pelayanan anak ini, Inggris tidak hanya diselamatkan dari revolusi sosial,
tapi juga diselamatkan dari generasi yang tidak mengenal Tuhan.
Gerakan Sekolah Minggu yang dimulai di Inggris ini akhirnya menjalar ke
berbagai tempat di dunia, termasuk negara-negara Eropa lainnya dan ke
Amerika. Dan dari para misionaris yang pergi melayani ke negara-negara
Asia, akhirnya pelayanan anak melalui Sekolah Minggu juga hadir di
Indonesia.
Wednesday, January 23, 2008
HUT PT GPIB KARUNIA
I. Pendahuluan
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan penyertaan-Nya bagi kita semua dan secara khusus kepada BPK Persekutuan Teruna (PT) GPIB yang akan memasuki usia 25 tahun pada tanggal 30 Januari 2008 yang akan datang.
Usia 25 tahun adalah suatu kurun waktu yang cukup panjang bagi suatu wadah pelayanan. Begitu banyak hal yang telah dihadapi dan dialami. Begitu banyak yang telah dilakukan namun begitu banyak pula yang belum dapat terlaksana. Tantangan, rintangan, hambatan datang silih berganti dengan keberhasilan, kegembiraan dan kebanggaan selama kurun waktu tersebut. Satu hal yang telah terbukti nyata dan merupakan kesaksian bagi kita semua yaitu bahwa Tuhan Yesus begitu setia memimpin, menyertai dan menjaga BPK PT GPIB.
Hal ini patut disyukuri, bukan karena segala usaha, jerih, lelah dan perjuangan yang telah dilakukan melainkan semata karena Tuhan Yesus senantiasa setia menjadi inspirasi, pengharapan dan sahabat sejati bagi BPK PT GPIB.
BPK PT GPIB memiliki fungsi sebagai wadah pelayanan yang strategis bagi pelayanan dan pembinaan warga gereja GPIB. Karena BPK PT GPIB secara khusus melayani dan membina anak-anak usia remaja atau Teruna yaitu yang berkisar antara 13 hingga 17 tahun atau kelas 1 SMP – 2 SMA. Anak-anak remaja atau Teruna ini adalah sumber daya masa depan yang merupakan berkat Tuhan yang perlu dibina dan dipersiapkan agar kelak mereka dapat menjadi saksi Kristus yang setia dan tangguh bagi sesamanya dalam lingkungan wadah GPIB serta ketika terjun ke tengah-tengah masyarakat.
Syukur dan harapan itu kini akan diwujudnyatakan melalui suatu arak-arakan Perayaan dimana seluruh Teruna GPIB se-Indonesia dapat bersama-sama bersyukur dan memperkuat segala usaha untuk membangun harapan di dalam Kristus dan bersaksi untuk Kristus.
II. Tujuan
Perayaan HUT ke-25 BPK PT GPIB memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Ungkapan syukur kepada Tuhan Yesus atas kasih dan penyertaan-Nya selama 25 tahun
2. Mempererat kebersamaan dan persaudaraan seluruh Teruna GPIB
3. Memperkuat motivasi untuk bersaksi dan pengharapan Teruna GPIB di masa depan
4. Sebagai ajang kreativitas Teruna GPIB
III. Tema dan sub tema
a. Tema : “MELAYANI DALAM KETULUSAN DAN KEJUJURAN”
b. Sub tema : “TERUNA YANG TULUS BERDOA DAN JUJUR BERKARYA BAGI SESAMA”
IV. Kegiatan : PESTA ANEKA KREASI TERUNA (PAKET)
V. Bentuk Kegiatan :
I. Lomba & seminar Untuk Teruna
· Pidato dalam Bahasa Inggris - durasi 5-10 menit - tgl 10 Pebruari 2008
· Cerdas Cermat Alkitab - perwakilan 3 orang per pospel - tgl 03 Pebruari 2008
· Seminar anti Narkoba untuk Teruna - tgl 10 Pebruari 2008
· Temu Wicara Pengurus/Pelayan dengan orangtua - tgl 10 Pebruari 2008
II. Lomba Untuk Kakak Pelayan
· Lomba Kreatif / Merancang Alat Peraga dalam dalam IMPT - peserta 2 orang. –
durasi 1 jam – tgl 03 Pebruari 2008
III. Mengumpulkan sembako untuk korban banjir – pengumpulan tgl 3 Pebruari –
diserahkan tgl 10 Pebruari 2008
IV. Pertandingan persahabatan Futsal dengan GPIB Kinasih & Bahtera Iman –
tgl 03 Pebruari 2008 sore
V. Ibadah Syukur dengan jemaat - menggunakan liturgi BPK-PT tgl 3 Pebruari 2008 jam ke-2
VI. Waktu Pelaksanaan: 03 & 10 Pebruari 2008
VII. Tempat: GPIB Karunia
VIII. Pelaksana: Tim Kerja Perayaan HUT ke-25 BPK PT GPIB Karunia
IX. Peserta : Anggota BPK PT GPIB Karunia
X. Susunan panitia
Penasehat : Majelis Jemaat GPIB Karunia
Penanggung Jawab : Pengurus BPK Persekutuan Teruna GPIB Karunia
Ketua : Mus Tuelah
Sekretaris : Nindita Febriyani
Bendahara : Revanessa
Sie Acara : John Sondakh Nunik Kermite Anicia Simamora Pespy
Clifford Mandang Wilson Therik Dina Sinaga
Sie Perlengkapan/ : Lorey Geddy Irwan Prasojo Sabar Bambang Sondakh
Pubdok/Transportasi Dicky Maluw Didi D. Pardede David Purba
Sie Konsumsi : Gerry Irooth Joice Loing
Berkat Zebua
Lomba Kreatifitas Merancang Alat Peraga
Ketentuan Lomba:
1. Waktu yang diberikan untuk membuat alat peraga adalah 45 menit.
2. Lomba membuat alat peraga merupakan kerja sama tim, yang terdiri dari 2 orang
3. Bahan mentah sudah dipersiapkan sebelumnya. Tidak diperkenankan untuk
membuat/merakit bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam lomba.
4. Diperkenankan untuk membawa sketsa alat peraga ke area lomba.
5. Dilarang menerima input/usulan dari penonton.
6. Alat peraga yang sudah dbuat akan dipresentasikan. Materi presentasi adalah (1)
Pengembangan Ide, (2) Penyesuaian cerita (3) Cara membuat.
7. Waktu yang diberikan untuk mempresentasikan alat peraga adalah 15 menit per
kelompok.
8. Presentasikan dilakukan dihadapan dewan Juri.
9. Presentasi akan mempengaruhi penilaian secara keseluruhan.
Lomba Pidato
Ketentuan Lomba:
1. Peserta lomba adalah para teruna dan teruni.
2. Tema pidato adalah sub tema Perayaan HUT ke-25 BPK PT GPIB :
“TERUNA YANG TULUS BERDOA DAN JUJUR BERKARYA BAGI SESAMA”
3. Peserta diharuskan membuat materi pidato secara tertulis untuk diserahkan kepada
dewan juri.
4. Pada saat membawakan pidato, peserta dipersilahkan untuk menyampaikannya dengan
atau tanpa teks.
5. Waktu yang diberikan untuk menyampaikan pidato adalah minimal 5 menit dan
maksimal 10 menit.
6. Pidato disampaikan dalam Bahasa Inggris, dengan menggunakan Tata Bahasa dan Gaya
Bahasa yang benar dan tepat.
7. Materi pidato tidak diperkenankan untuk menyinggung masalah SARA (Suku, Agama,
Ras dan Antar golongan)
8. Materi pidato harus dibuat sendiri oleh peserta.
9. Tidak diperkenankan untuk menjiplak materi pidato
10. Jika memungkinkan, Panitia sebaiknya melaksanakan pengarahan kepada peserta
mengenai harapan terhadap materi serta bagaimana menyusun materi pidato yang baik.
11. Pakaian bebas, sopan.
12. Tidak diperkenankan untuk menggunakan aksesoris (perhiasan), alat bantu (musik, video,
dan sejenisnya) yang dapat mempengaruhi proses penilaian.
Lomba Cerdas Cermat Alkitab (CCA)
Ketentuan Lomba
Peserta lomba per pos pelayanan terdiri dari 3 orang dalam 1 grup
Telah ditentukan juru bicara dari masing-masing grup. Juru bicaralah yang akan menjawab semua pertanyaan di babak 1, tentunya diperbolehkan diskusi terlebih dahulu dengan rekan 1 grup nya.
Lomba terdiri dari 2 babak: babak 1 peserta lomba memilih soal dalam amplop tertutup yang terdiri dari 8 pertanyaan. Soal akan dibacakan maksimal 2 kali dan peserta diberi waktu 10 detik untuk berdiskusi sebelum menjawab. Jika jawaban benar akan mendapat nilai 100, jika jawaban salah akan dilempar kepada grup berikutnya dan begitu seterusnya hingga grup terakhir yang bisa menjawab atau tidak. Jika jawaban hanya ½ yang benar akan mendapat nilai 50 dan sisa jawaban tidak akan dilempar tetapi akan dijawab juri.
Babak 2 adalah babak rebutan. Pertanyaan akan diberikan dan peserta boleh secepatnya menekan bel untuk menjawab walaupun soal belum selesai dibaca. 2 anggota grup boleh juga menjawab – tidak harus juru bicara – tetapi yang harus diingat, setelah menekan bel dan ditunjuk oleh juri baru boleh menjawab. Jawaban benar akan mendapat nilai 100, jawaban salah akan dikurangi 50, jawaban ½ mendapat nilai 50 dan sisa jawaban bisa dilempar kepada grup lain yang tentunya menekan bel terlebih dahulu, ditunjuk oleh juri baru menjawab dengan benar, grup tersebut mendapat nilai 50 juga. Jika peserta menjawab pertanyaan dengan benar tetapi ketika menjawab soal juri belum menunjuk grup tersebut untuk menjawab maka grup tersebut akan dikurangi nilai 100, jadi harus benar-benar diperhatikan ketika menekan bel, harus disebut grup mana yang boleh menjawab oleh juri, barulah setelah ditunjuk peserta bisa menjawabnya.
Jika ada 2 peserta atau lebih mempunyai nilai yang sama maka akan diberi soal rebutan sampai ada nilai yang lebih tinggi, dan hanya agar mencari posisi pemenang 1-3.
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan penyertaan-Nya bagi kita semua dan secara khusus kepada BPK Persekutuan Teruna (PT) GPIB yang akan memasuki usia 25 tahun pada tanggal 30 Januari 2008 yang akan datang.
Usia 25 tahun adalah suatu kurun waktu yang cukup panjang bagi suatu wadah pelayanan. Begitu banyak hal yang telah dihadapi dan dialami. Begitu banyak yang telah dilakukan namun begitu banyak pula yang belum dapat terlaksana. Tantangan, rintangan, hambatan datang silih berganti dengan keberhasilan, kegembiraan dan kebanggaan selama kurun waktu tersebut. Satu hal yang telah terbukti nyata dan merupakan kesaksian bagi kita semua yaitu bahwa Tuhan Yesus begitu setia memimpin, menyertai dan menjaga BPK PT GPIB.
Hal ini patut disyukuri, bukan karena segala usaha, jerih, lelah dan perjuangan yang telah dilakukan melainkan semata karena Tuhan Yesus senantiasa setia menjadi inspirasi, pengharapan dan sahabat sejati bagi BPK PT GPIB.
BPK PT GPIB memiliki fungsi sebagai wadah pelayanan yang strategis bagi pelayanan dan pembinaan warga gereja GPIB. Karena BPK PT GPIB secara khusus melayani dan membina anak-anak usia remaja atau Teruna yaitu yang berkisar antara 13 hingga 17 tahun atau kelas 1 SMP – 2 SMA. Anak-anak remaja atau Teruna ini adalah sumber daya masa depan yang merupakan berkat Tuhan yang perlu dibina dan dipersiapkan agar kelak mereka dapat menjadi saksi Kristus yang setia dan tangguh bagi sesamanya dalam lingkungan wadah GPIB serta ketika terjun ke tengah-tengah masyarakat.
Syukur dan harapan itu kini akan diwujudnyatakan melalui suatu arak-arakan Perayaan dimana seluruh Teruna GPIB se-Indonesia dapat bersama-sama bersyukur dan memperkuat segala usaha untuk membangun harapan di dalam Kristus dan bersaksi untuk Kristus.
II. Tujuan
Perayaan HUT ke-25 BPK PT GPIB memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Ungkapan syukur kepada Tuhan Yesus atas kasih dan penyertaan-Nya selama 25 tahun
2. Mempererat kebersamaan dan persaudaraan seluruh Teruna GPIB
3. Memperkuat motivasi untuk bersaksi dan pengharapan Teruna GPIB di masa depan
4. Sebagai ajang kreativitas Teruna GPIB
III. Tema dan sub tema
a. Tema : “MELAYANI DALAM KETULUSAN DAN KEJUJURAN”
b. Sub tema : “TERUNA YANG TULUS BERDOA DAN JUJUR BERKARYA BAGI SESAMA”
IV. Kegiatan : PESTA ANEKA KREASI TERUNA (PAKET)
V. Bentuk Kegiatan :
I. Lomba & seminar Untuk Teruna
· Pidato dalam Bahasa Inggris - durasi 5-10 menit - tgl 10 Pebruari 2008
· Cerdas Cermat Alkitab - perwakilan 3 orang per pospel - tgl 03 Pebruari 2008
· Seminar anti Narkoba untuk Teruna - tgl 10 Pebruari 2008
· Temu Wicara Pengurus/Pelayan dengan orangtua - tgl 10 Pebruari 2008
II. Lomba Untuk Kakak Pelayan
· Lomba Kreatif / Merancang Alat Peraga dalam dalam IMPT - peserta 2 orang. –
durasi 1 jam – tgl 03 Pebruari 2008
III. Mengumpulkan sembako untuk korban banjir – pengumpulan tgl 3 Pebruari –
diserahkan tgl 10 Pebruari 2008
IV. Pertandingan persahabatan Futsal dengan GPIB Kinasih & Bahtera Iman –
tgl 03 Pebruari 2008 sore
V. Ibadah Syukur dengan jemaat - menggunakan liturgi BPK-PT tgl 3 Pebruari 2008 jam ke-2
VI. Waktu Pelaksanaan: 03 & 10 Pebruari 2008
VII. Tempat: GPIB Karunia
VIII. Pelaksana: Tim Kerja Perayaan HUT ke-25 BPK PT GPIB Karunia
IX. Peserta : Anggota BPK PT GPIB Karunia
X. Susunan panitia
Penasehat : Majelis Jemaat GPIB Karunia
Penanggung Jawab : Pengurus BPK Persekutuan Teruna GPIB Karunia
Ketua : Mus Tuelah
Sekretaris : Nindita Febriyani
Bendahara : Revanessa
Sie Acara : John Sondakh Nunik Kermite Anicia Simamora Pespy
Clifford Mandang Wilson Therik Dina Sinaga
Sie Perlengkapan/ : Lorey Geddy Irwan Prasojo Sabar Bambang Sondakh
Pubdok/Transportasi Dicky Maluw Didi D. Pardede David Purba
Sie Konsumsi : Gerry Irooth Joice Loing
Berkat Zebua
Lomba Kreatifitas Merancang Alat Peraga
Ketentuan Lomba:
1. Waktu yang diberikan untuk membuat alat peraga adalah 45 menit.
2. Lomba membuat alat peraga merupakan kerja sama tim, yang terdiri dari 2 orang
3. Bahan mentah sudah dipersiapkan sebelumnya. Tidak diperkenankan untuk
membuat/merakit bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam lomba.
4. Diperkenankan untuk membawa sketsa alat peraga ke area lomba.
5. Dilarang menerima input/usulan dari penonton.
6. Alat peraga yang sudah dbuat akan dipresentasikan. Materi presentasi adalah (1)
Pengembangan Ide, (2) Penyesuaian cerita (3) Cara membuat.
7. Waktu yang diberikan untuk mempresentasikan alat peraga adalah 15 menit per
kelompok.
8. Presentasikan dilakukan dihadapan dewan Juri.
9. Presentasi akan mempengaruhi penilaian secara keseluruhan.
Lomba Pidato
Ketentuan Lomba:
1. Peserta lomba adalah para teruna dan teruni.
2. Tema pidato adalah sub tema Perayaan HUT ke-25 BPK PT GPIB :
“TERUNA YANG TULUS BERDOA DAN JUJUR BERKARYA BAGI SESAMA”
3. Peserta diharuskan membuat materi pidato secara tertulis untuk diserahkan kepada
dewan juri.
4. Pada saat membawakan pidato, peserta dipersilahkan untuk menyampaikannya dengan
atau tanpa teks.
5. Waktu yang diberikan untuk menyampaikan pidato adalah minimal 5 menit dan
maksimal 10 menit.
6. Pidato disampaikan dalam Bahasa Inggris, dengan menggunakan Tata Bahasa dan Gaya
Bahasa yang benar dan tepat.
7. Materi pidato tidak diperkenankan untuk menyinggung masalah SARA (Suku, Agama,
Ras dan Antar golongan)
8. Materi pidato harus dibuat sendiri oleh peserta.
9. Tidak diperkenankan untuk menjiplak materi pidato
10. Jika memungkinkan, Panitia sebaiknya melaksanakan pengarahan kepada peserta
mengenai harapan terhadap materi serta bagaimana menyusun materi pidato yang baik.
11. Pakaian bebas, sopan.
12. Tidak diperkenankan untuk menggunakan aksesoris (perhiasan), alat bantu (musik, video,
dan sejenisnya) yang dapat mempengaruhi proses penilaian.
Lomba Cerdas Cermat Alkitab (CCA)
Ketentuan Lomba
Peserta lomba per pos pelayanan terdiri dari 3 orang dalam 1 grup
Telah ditentukan juru bicara dari masing-masing grup. Juru bicaralah yang akan menjawab semua pertanyaan di babak 1, tentunya diperbolehkan diskusi terlebih dahulu dengan rekan 1 grup nya.
Lomba terdiri dari 2 babak: babak 1 peserta lomba memilih soal dalam amplop tertutup yang terdiri dari 8 pertanyaan. Soal akan dibacakan maksimal 2 kali dan peserta diberi waktu 10 detik untuk berdiskusi sebelum menjawab. Jika jawaban benar akan mendapat nilai 100, jika jawaban salah akan dilempar kepada grup berikutnya dan begitu seterusnya hingga grup terakhir yang bisa menjawab atau tidak. Jika jawaban hanya ½ yang benar akan mendapat nilai 50 dan sisa jawaban tidak akan dilempar tetapi akan dijawab juri.
Babak 2 adalah babak rebutan. Pertanyaan akan diberikan dan peserta boleh secepatnya menekan bel untuk menjawab walaupun soal belum selesai dibaca. 2 anggota grup boleh juga menjawab – tidak harus juru bicara – tetapi yang harus diingat, setelah menekan bel dan ditunjuk oleh juri baru boleh menjawab. Jawaban benar akan mendapat nilai 100, jawaban salah akan dikurangi 50, jawaban ½ mendapat nilai 50 dan sisa jawaban bisa dilempar kepada grup lain yang tentunya menekan bel terlebih dahulu, ditunjuk oleh juri baru menjawab dengan benar, grup tersebut mendapat nilai 50 juga. Jika peserta menjawab pertanyaan dengan benar tetapi ketika menjawab soal juri belum menunjuk grup tersebut untuk menjawab maka grup tersebut akan dikurangi nilai 100, jadi harus benar-benar diperhatikan ketika menekan bel, harus disebut grup mana yang boleh menjawab oleh juri, barulah setelah ditunjuk peserta bisa menjawabnya.
Jika ada 2 peserta atau lebih mempunyai nilai yang sama maka akan diberi soal rebutan sampai ada nilai yang lebih tinggi, dan hanya agar mencari posisi pemenang 1-3.
Sunday, January 13, 2008
Monday, January 7, 2008
BUNYI BEL PINTU DI HARI NATAL
Kliping koran itu sudah berwarna kuning seperti sebuah gulungan perkamen. Artikel yang sangat berharga ini sudah berumur lebih dari empat puluh tahun, ditulis oleh seorang laki-laki yang tinggal di sebuah kota kecil tempat saya dibesarkan. Artikel itu ditulis oleh SL Morgan Sr untuk buletin gereja, mengenang akan kedatangan dua orang tamu kecil: "Sebuah Natal terbaik saya 'dinyalakan' oleh kunjungan dua anak perempuan kecil yang menekan bell rumah, dua minggu sebelum hari Natal dan memberikan dua buah kartu natal kecil buatan mereka sendiri. Apa yang mereka lakukan sejujurnya telah menghidupkan hikmah Natal dalam hidup saya. Kejadian itu begitu membekas dengan sangat indah di dalam hidup saya."
Saya adalah salah satu dari dua anak perempuan kecil itu.
Saya dan Claudia, sahabat saya, mulai menghitung hari-hari menjelang Natal, berharap menemukan mainan di bawah pohon cemara hias di hari Natal pagi. Kami sudah berumur delapan tahun dan semakin bijaksana. Kami tahu, Sinterklas mungkin tidak akan memberikan apa saja yang kami inginkan. Seperti orang tua kami yang selalu bekerja keras, menurut kami tahun ini Sinterklas juga menghadapi anggaran keuangan yang ketat.
Claudia menunjukkan sebuah majalah mengenai penjualan kartu natal yang bisa memenangkan sebuah sepeda yang mengkilap dan hadiah-hadiah menarik lainnya. Terinspirasi oleh kesaksian anak-anak yang sudah menjual ribuan kartu natal, kami berharap bisa mengumpulkan uang untuk membeli mainan dan hadiah Natal. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari Sabtu, bekerja dengan krayon, gunting, lem, dan kertas-kertas berwarna untuk mendesain kartu natal dengan harapan bisa menghasilkan kekayaan yang tak ternilai.
Tetapi saat mengetahui rencana kami untuk berjualan kartu Natal, ibu melarang kami. Sebaliknya ibu meminta agar kami untuk membagikannya ke semua orang dengan gratis. (Ibu saya berasal dari wilayah selatan yang sangat sopan, pasti malu saat mengetahui rencana anaknya untuk menjajakan katu Natal buatan sendiri dari rumah ke rumah). Saya dan Claudia dengan enggan menuruti permintaan ibu.
Sepanjang sore kami membunyikan banyak bel pintu rumah, membagikan satu-persatu kartu natal ke setiap orang yang kami rasa memerlukan perhatian pada Natal ini. Kami juga menekan bel pintu rumah Pak Morgan, dan tanpa basa-basi kami memberikan kartu buatan sendiri tersebut ke orang tua dengan rambut putih. Guratan-guratan di wajah orang tua itu berubah menjadi sebuah senyum saat dia membaca tulisan kami yang tidak rapi: "Selamat Natal! Kami menyayangi anda."
"Terima kasih anak-anak," katanya. "Ini adalah katu Natal yang paling indah yang pernah bapak terima."
Kami berpikir bahwa itu hanya sekedar basa-basi, karena kartu Natal yang dijual di toko dengan pita emas beserta seluruh hiasannya jauh lebih indah daripada yang kami buat. Tetapi pendapat itu lenyap saat saya membaca artikel yang ditulis oleh orang tua itu beberapa tahun kemudian dan saya baru menyadari betapa berartinya tindakan sederhana yang telah kami lakukan - ternyata bisa membangkitkan semangatnya.
Setelah kunjungan kami, Pak Morgan kemudian menulis, bahwa dia "mulai memberitahu para tetangganya, yang sedang bersungut-sungut atau bersedih, supaya 'mendengarkan bunyi sukacita dari bel pintu rumah' ". Dia mendesak para pembaca supaya "memenuhi kotak surat dengan ribuan kartu yang berisi ucapan pribadi." Bertahun-tahun kemudian Pak Morgan meneruskan tradisi Nartal untuk mengirimkan ucapan 'kasih sayang' kepada para teman dan kenalan di seluruh dunia: "Saya yakin telah mengumpulkan banyak persahabatan yang langgeng selama bertahun-tahun hanya dengan sebuah kartu ucapan 'kasih sayang' yang dikirimkan sekali setahun," tulisnya. "Tidak ada yang bisa memberikan yang lebih baik dari hal itu."
Saya sangat berterima kasih kepada ibu, karena saya telah menuai buahnya selama bertahun-tahun setelahnya. Kliping koran di dalam kotak mengingatkan tentang sukacita yang kami rasakan saat saya dan Claudia menekan bel pintu rumah para tetangga di sore hari yang dingin saat itu. Saya ingat semua senyum di wajah dari orang-orang yang kami sapa dan ucapan berpisah yang mengalun seperti bunyi genta di udara yang beku saat kami meninggalkan mereka yang masih mematung berdiri di depan pintu, bahagia diliputi rasa haru.
Beberapa tahun lalu, saya mengirimkan fotocopy dari artikel Pak Morgan ke Claudia. Saya mengikuti contoh Pak Morgan untuk menulis sebuah pesan pribadi di sebuah kartu, memberitahu Claudia betapa persahabatan saat kecil sangat berarti bagi saya, dan bagaimana ingatan tentang tahun-tahun yang penuh kegembiraan dan kasih itu senantiasa muncul kembali.
Gaung dari peristiwa di sore itu terus menabuh bunyi lonceng kebenaran selama bertahun-tahun setelahnya, seperti bel pintu yang kami nyalakan ketika masih anak-anak di sore yang dingin bulan Desember.
~ Elizabeth Copeland
Saya adalah salah satu dari dua anak perempuan kecil itu.
Saya dan Claudia, sahabat saya, mulai menghitung hari-hari menjelang Natal, berharap menemukan mainan di bawah pohon cemara hias di hari Natal pagi. Kami sudah berumur delapan tahun dan semakin bijaksana. Kami tahu, Sinterklas mungkin tidak akan memberikan apa saja yang kami inginkan. Seperti orang tua kami yang selalu bekerja keras, menurut kami tahun ini Sinterklas juga menghadapi anggaran keuangan yang ketat.
Claudia menunjukkan sebuah majalah mengenai penjualan kartu natal yang bisa memenangkan sebuah sepeda yang mengkilap dan hadiah-hadiah menarik lainnya. Terinspirasi oleh kesaksian anak-anak yang sudah menjual ribuan kartu natal, kami berharap bisa mengumpulkan uang untuk membeli mainan dan hadiah Natal. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari Sabtu, bekerja dengan krayon, gunting, lem, dan kertas-kertas berwarna untuk mendesain kartu natal dengan harapan bisa menghasilkan kekayaan yang tak ternilai.
Tetapi saat mengetahui rencana kami untuk berjualan kartu Natal, ibu melarang kami. Sebaliknya ibu meminta agar kami untuk membagikannya ke semua orang dengan gratis. (Ibu saya berasal dari wilayah selatan yang sangat sopan, pasti malu saat mengetahui rencana anaknya untuk menjajakan katu Natal buatan sendiri dari rumah ke rumah). Saya dan Claudia dengan enggan menuruti permintaan ibu.
Sepanjang sore kami membunyikan banyak bel pintu rumah, membagikan satu-persatu kartu natal ke setiap orang yang kami rasa memerlukan perhatian pada Natal ini. Kami juga menekan bel pintu rumah Pak Morgan, dan tanpa basa-basi kami memberikan kartu buatan sendiri tersebut ke orang tua dengan rambut putih. Guratan-guratan di wajah orang tua itu berubah menjadi sebuah senyum saat dia membaca tulisan kami yang tidak rapi: "Selamat Natal! Kami menyayangi anda."
"Terima kasih anak-anak," katanya. "Ini adalah katu Natal yang paling indah yang pernah bapak terima."
Kami berpikir bahwa itu hanya sekedar basa-basi, karena kartu Natal yang dijual di toko dengan pita emas beserta seluruh hiasannya jauh lebih indah daripada yang kami buat. Tetapi pendapat itu lenyap saat saya membaca artikel yang ditulis oleh orang tua itu beberapa tahun kemudian dan saya baru menyadari betapa berartinya tindakan sederhana yang telah kami lakukan - ternyata bisa membangkitkan semangatnya.
Setelah kunjungan kami, Pak Morgan kemudian menulis, bahwa dia "mulai memberitahu para tetangganya, yang sedang bersungut-sungut atau bersedih, supaya 'mendengarkan bunyi sukacita dari bel pintu rumah' ". Dia mendesak para pembaca supaya "memenuhi kotak surat dengan ribuan kartu yang berisi ucapan pribadi." Bertahun-tahun kemudian Pak Morgan meneruskan tradisi Nartal untuk mengirimkan ucapan 'kasih sayang' kepada para teman dan kenalan di seluruh dunia: "Saya yakin telah mengumpulkan banyak persahabatan yang langgeng selama bertahun-tahun hanya dengan sebuah kartu ucapan 'kasih sayang' yang dikirimkan sekali setahun," tulisnya. "Tidak ada yang bisa memberikan yang lebih baik dari hal itu."
Saya sangat berterima kasih kepada ibu, karena saya telah menuai buahnya selama bertahun-tahun setelahnya. Kliping koran di dalam kotak mengingatkan tentang sukacita yang kami rasakan saat saya dan Claudia menekan bel pintu rumah para tetangga di sore hari yang dingin saat itu. Saya ingat semua senyum di wajah dari orang-orang yang kami sapa dan ucapan berpisah yang mengalun seperti bunyi genta di udara yang beku saat kami meninggalkan mereka yang masih mematung berdiri di depan pintu, bahagia diliputi rasa haru.
Beberapa tahun lalu, saya mengirimkan fotocopy dari artikel Pak Morgan ke Claudia. Saya mengikuti contoh Pak Morgan untuk menulis sebuah pesan pribadi di sebuah kartu, memberitahu Claudia betapa persahabatan saat kecil sangat berarti bagi saya, dan bagaimana ingatan tentang tahun-tahun yang penuh kegembiraan dan kasih itu senantiasa muncul kembali.
Gaung dari peristiwa di sore itu terus menabuh bunyi lonceng kebenaran selama bertahun-tahun setelahnya, seperti bel pintu yang kami nyalakan ketika masih anak-anak di sore yang dingin bulan Desember.
~ Elizabeth Copeland
Pengumuman PT: 7 Januari 2008
1. Diberitahukan kepada seluruh Pelayan dan Teruna bahwa aktivitas IMUT kembali dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2008 di Pospel masing-masing. Harap para pelayan kembali persiapan pada hari Jumat, 11 Januari 2008 jam 20.00.
2. Ibadah Pelayan akan diadakan pada hari Kamis, 10 Januari 2008 jam 12.00 di rumah kediaman Keluarga Ramelan, mohon pelayan datang tepat waktu dan membawa cross kado sebesar Rp. 20.000,- (tidak boleh berupa makanan & perlengkapan mandi, harus sesuatu yang berguna). Selain ibadah bersama akan ada rapat koordinasi persiapan HUT PT ke-25.
2. Ibadah Pelayan akan diadakan pada hari Kamis, 10 Januari 2008 jam 12.00 di rumah kediaman Keluarga Ramelan, mohon pelayan datang tepat waktu dan membawa cross kado sebesar Rp. 20.000,- (tidak boleh berupa makanan & perlengkapan mandi, harus sesuatu yang berguna). Selain ibadah bersama akan ada rapat koordinasi persiapan HUT PT ke-25.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Josh Groban & Celine Dion - The Prayer
Journey of BPK PT Karunia
"Everything that is done in the world is done by hope (Martin Luther)"